Selasa, 03 Juli 2012

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



Makalah Psikologi pendidikan



BAB I 

PENDAHULUAN 

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.



BAB II 

PEMBAHASAN 



A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

psikologi pendidikan adalah cabang psikologi. Karena psikolgi sebagai ilmu pengetahuan masih muda usianya, maka psikologi pendidikan sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya. Berhubung dengan itu, ia masih dalam proses perkembangan; di sana sini masih banyak problem yang masih memerlukan pemecahannya; masih banyak hal-hal yang masih perlu pengembangannya. Akan tetapi, walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan usianya masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya (dalam arti yang menyangkut pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh orang sejak dahulu kala. Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada Aristoteles. Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun periode-periode perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk pendidikan yang perlu diselenggarakan sesuai dengan periode-periode itu. Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru merupakan pemikiran secar filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.

Di Indonesia psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya sedang dalam proses perkembangan yang cepat. Pada mata pelajaran, misalnya di sekolah calon guru (HK, HIK, Hoofd Acted an sebagainya). Setelah merdeka dan dengan berdirinya Fakultas Psikologi di beberapa Universitas serta berdirinya FKIP atau IKIP di berbagai kota, maka psikologi pada umumnya atau psikologi pendidikan khususnya, tidak hanya dipelajari sebagai mata kuliah, melainkan juga diteliti sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini memang amat perlu, karena psikologi atau psikologi pendidikan yang didasarkan penelitiannya pada orang-orang barat belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.



B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pada uraian tentang pengertian psikologi pendidika telah tersirat pembahasan tentang ruang lingkup atau lapangan psikologi pendidikan, namun untuk mengkaji secara spesifik dan secara rinci tentang ruang lingku kajian psikologi pendidikan, maka perlu dilakuka pembahasan secara tersendiri dalam suatu topik khusus Soerjabrata (1974:6-13) mengemukakan ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situas dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajia hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan prose pendidikan di kelas
Dalam peninjauan secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi pendidikan mencakup kajian tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi, inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup perbedaan dari segi kepribadian, inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya. "Sedangkan dalam peninjauan secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara¬ cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: (1) perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami proses pematangan dan pendewasaan, (2) perubahan perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, (3) cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar (La Sulo, 1990:16).
Selain itu, ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajian-kajian tentang hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan, yaitu kajian tentang bimbingan dan konseling, kajian psikologis terhadap individu yang mengalami penyimpangan psikis (jiwa), sosial, dan fisik, kajian tentang implikasi dari prinsip pendidikan 3 seumur hidup yang menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada sistem persekolahan tetapi pendidikan dapat dilakukan di luar sistem persekolahan, misalnya pendidikan untuk orang dewasa, dan kajian psikologis tentang bahan pengajaran yang seharusnya dipilih dan diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat diserap oleh peserta didik. Interaksi psikologis dalam proses belajar mengajar antara peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan pengajar di kelas, juga menjadi objek kajian dari psikologi pendidikan. Dengan kata lain, ruang lingkup kajian dari psikologi pendidikan ialah mencakup semua penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik di kelas di berbagai institusi pendidikan, baik di lembaga pendidikan formal (di lingkungan sekolah), non formal (di lingkungan masyarakat), dan informal (di lingkungan keluarga).
Dalam membahas tentang ruang lingkup dari psikologi pendidikan, juga dibahas tentang pusat perhatian dari psikologi pendidikan sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian integral dari psikologi umum. Suardiman (1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga menjadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar, dan sekilas" belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain.
Peserta didik merupakan elemen yang terpentin diantara elemen yang lain (termasuk elemen situasi belaja dan elemen proses belajar). Ini bukan berarti bahwa faktor manusia (peserta didik) lebih penting dari faktor prose belajar dan situasi belajar, tetapi yang jelas tanpa hadirny faktor peserta didik tidak mungkin akan terjadi peristiwa belajar atau interaksi belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal. Tanpa kehadiran peserta didik di kelas di suatu lembaga pendidikan tidak mungkin akan ada proses pembelajaran karena peserta didik merupakan objek dari proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Peserta didik diibaratkan seperti pembeli dalam suatu proses penjualan pasar yang akan membeli (menerima) ilmu pengetahua dari guru sebagai transformator pengetahuan (penjual kepada peserta didik yang berperan sebagai manusia yan belum dewasa untuk didewasakan.
Proses pembelajaran sebagai elemen yang menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan, merupakan elemen penentu keberhasilan proses pendidikan. Tanpa ada interaksi yang timbal balik antara guru sebagai pendidik, dan pengajar dengan peserta didik sebagai objek yang dididik dan diajar tidak mungkin akan terjadi proses ; pembelajaran di kelas atau di tempat belajar tertentu. Melalui proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan peserta didik akan terjadi perubahan perilaku kepada peserta didik yang ditandai dengan gejala peserta didik menjadi tahu terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya dari tidak tahu pada waktu sebelum mempelajari materi pelajaran tertentu.
Gejala lain dari terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik, yaitu peserta didik memperoleh keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam berbicara, berdiskusi, bergaul dan berteman, dan keterampilan lain yang membutuhkan aktivitas sensorik dan motorik dan perubahan dari aspek sikap (afektif), yaitu dari bersikap kurang baik atau kurang positif terhadap guru, orangtua, masyarakat, dan pihak terkait lainnya menjadi bersikap positif terhadap pihak-pihak tersebut sebagai buah atau hasil dari proses pendidikan yang berkualitas. Perubahan dari segi perilaku yang lain berupa perilaku peserta didik dari tidak disiplin dalam hidup menjadi disiplin (termasuk disiplin dalam melakukan aktivitas belajar), dari penampilan dalam berpakaian tidak rapi menjadi rapi dan bersih, dari beperilaku kurang santun menjadi sopan dan santun, dan berbagai aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), dan keterampilan (psikomotorik) sebagai buah dari hasil proses pendidikan dan pembelajaran di setting (tempat) belajar.
Slameto (1988:68) menyatakan bahwa agar proses pembelajaran di kelas dapat maksimal dan optimal, maka hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan peserta didik dengan sesama peserta didik yang lain harus timbal balik dan komunikatif satu sama lainnya. Proses pembelajaran hanya dapat terjadi jika antara guru dengan siswa terjadi komunikasi dan interaksi timbal balik yang edukatif. Jadi proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses pembelajaran itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi siswa dengan gurunya.
Situasi belajar menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar. Guru merupakan satu faktor dalam situasi belajar di samping situasi udara, penerangan, komposi tempat duduk, dan
sebagainya (Suardiman, 1988:7). Sikap guru, semangat kelas, sikap masyarakat, dan suasana perasaan di sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.

pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut

1. Hereditas dan Lingkungan

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

3. Potensial dan Karakteristik Tingkah laku

4. Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial

5. Higiene Mental dan Pendidikan dan

6. Evaluasi Hasil Pendidikan





C. METODE-METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Metode merupakan cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan tertentu. Maka metode psikologi pendidikan adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku anak didik dalam situasi pendidikan dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini juga dapat dipergunakan oleh para pendidik atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan.

Pada dasarnya metode itu meliputi usaha pengumpulan data, pengolahan dana penyimpulannya. Berikut ini dibahas beberapa metode yang lazim dipergunakan dalam psikologi pendidikan, dengan titik berat pada metode pengumpulan data.

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku anak didik dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti bahwa anak didik itu dalam keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui anak didik itu sedang di observasi. Berencana berarti bahwa sebelum observasi dilaksanakan harus ada persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi. Dengan kontinyu berarti bahwa dalam melaksanakan observasi harus bersambungan antara periode yang satu dengan periode yang lain. Dengan sistematik berarti bahwa aspek-aspek yang di observasi itu harus tersusun secar teratur, sehingga tidak sekedar tumpukan catatan tentang tingkah laku. Dengan upaya mencatat atau merekam tentu dengan mudah kita fahami karena jika hanya mengamati tanpa mencatat atau merekam, maka hasilnya mudah dilupakan. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi, observasi itu semakin maju.

b. Metode Experimen dan Tes

Dengan metode experiment dengan sengaja diciptakan situasi buatan. Dalam pendidikan, dan pada situasi itu ditempatkan subjek penelitian tertentu. Kepada subjek di sampaikan perangsang=perangsang tentu untuk mendapatkan reaksi atau response tertentu. Kemudian response itu di analisis untuk mendapatkan kesimpulan tertentu. Pada lazimnya digunakan dua kemlompok subjek, yaitu kelompok experien dan kelompok control. Mirip metode experiment adalah metode tes. Metode test dilakukan dengan memberikan tugas yang dilakukan oleh subjek, baik tugas tertulis maupun tugas lisan. Perbedaannya dengan experiment,

v Experiment akan memperoleh prinsip umum yang berkenan dengan seluruh subjek, atau akan diperoleh suau genelralisasi, sedangkan tes akan memperoleh perbedaan sifat=sifat individual setiap subjek,

v Pada experiment dapat digunakan tes sebagai alat, sedang pada tes digunakan item-item atau pola untuk dilakukan oleh para subjek, dan tidak mungkin test menggunakan experiment.

Ada beberapa macam test misalnya test intelegensi, test sikap, test situasi, test kecepatan reaksi, dan test hasil belajar dan sebagainya.

c. Metode Kuesioner dan Interview

Kuesioner sering disebut juga angket (Prancis : enquete). Berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan (dijawab). Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada umumnya jawaban itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal memilih jawaban yang tepat untuk setiap item. Ditinjau dari segi penjawab, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu langsung (direct) dan tak langsung (indirect). Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah subjek itu sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab adalah orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.

d. Metode Ilmiah

Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

e. Metode Diferensial

Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

f. Metode Klinis

Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang.



BAB III 

PENUTUP 

Psikologi Pendidikan adalah bagian dari psikologi umum pada mulanya, psikologi pendidikan, dikenalkan oleh Aristoteles secara filsafat. Namun demikian, pemikiran Aristoteles tersebut belum bisa dikatakan sebagai psikologi pendidikan.

Kemudian, upaya-upaya bersifat semi ilmiah pun muncul, diantaranya dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbar dan Frobel. Lalu pada akhir abad 19, penelitian psikologi pendidikan semakin maju, seperti di Eropa, Ebbinghaus, yang mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan.

Selanjutnya , pada awal abad 20, mulailah bermunculan tokoh-tokoh psikologi pendidikan, seperti di Prancis, ada Alfred Binct, Theodore Simon, dan juga di Amerika Serikat, ada Charles H. Judd, E. L. Thorndike dan B. F. Skinner.

Dan ruang lingkup psikologi pendidikan itu sendiri adalah

1. Hereditas dan Lingkungan.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan.

3. Potensialitas dan Karakteristik tingkah laku.

4. Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap individu yang bersifat personal dan social.

5. Higiene mental dan Pendidikan

6. Evaluasi hasil Pendidikan.

Kemudian dari pada itu, terdapat pula metode-metode dalam psikologi pendidikan yang fungsinya adalah sebagi cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari Psikologi Pendidikan. Metode-metode tersebut adalah

1. Metode Observasi

2. Metode Experimen dan Test]

3. Metode Kuesioner dan Interview

4. Metode Ilmiah

5. Metode Diferensial

6. Metode Klinis





Daftar Pustaka 

Drs. Ahmad thontowi. 1991. Psikologi Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Drs. Abu Ahmadi, Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

www.goarticle.com

www.hitsuke.blogspot.com Description: PSIKOLOGI PENDIDIKAN Rating: 4.5 Reviewer: Firdaus - ItemReviewed: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1 komentar:

  1. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Psikologi. Perkembangan psikologi manusia sekarang ini harus sangat diperhatikan agar mereka tidak berkembang dengan mental yang salah. Saya memiliki beberapa tulisan sejenis mengenai psikologi yang dapat dilihat di www.ejournal.gunadarma.ac.id

    BalasHapus