Sabtu, 30 Juni 2012

AKTIVITAS MANAJEMEN

Aktivitas manajemen 

Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu :

1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva.

2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.

3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.


Pendahuluan

Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan.

Unsur manajemen keuangan harus diketahui oleh seorang manajer. Misalkan saja seorang manajer keuangan tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi unsur-unsur manajemen keuangan, maka akan muncul kesulitan dalam menjalankan suatu perusahaan tersebut.

Sebab itu, seorang manajer keuangan harus mampu mengetahui segala aktivitas manajemen keuangan, khususnya penganalisisan sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajer keuangan harus memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun internal.


Fungsi Manajemen Keuangan

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari fungsi Manajemen Keuangan:

1. Perencanaan Keuangan, membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

2. Penganggaran Keuangan, tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.

3. Pengelolaan Keuangan, menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.

4. Pencarian Keuangan, mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.

5. Penyimpanan Keuangan, mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dan mengamankan dana tersebut.

6. Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.

7. Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

8. Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi

Bila dikaitkan dengan tujuan ini, maka fungsi manajer keuangan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan pengawasan atas biaya

2. Menetapkan kebijaksanaan harga

3. Meramalkan laba yang akan datang

4. Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja


Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan Manajemen Keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual, maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin. Seorang manajer juga harus mampu menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan.


Analisis Sumber Dana dan Penggunaannya

Analisis sumber dana atau analisis dana merupakan hal yang sangat penting bagi manajer keuangan. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan asal perolehan dana tersebut. Suatu laporan yang menggambarkan asal sumber dana dan penggunaan dana. Alat analisis yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan adalah analisis rasio dan proporsional.

Langkah pertama dalam analisis sumber dan penggunaan dana adalah laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen tersebut yang mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana.

Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu :

1. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang di-supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan.

3. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.

4. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.

5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan industri.

6. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh dari rasio risiko dengan rasio hasil pengembalian.


Pengertian Modal

Istilah "modal" biasa diartikan bermacam-macam, istilah modal dalam pembelanjaan perusahaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : modal aktif dan modal pasif. Modal aktif merupakan kekayaan atau penggunaan dana, sedangkan modal pasif merupakan sumber dana.


Manajer Keuangan

Manajer Keuangan merupakan seseorang yang mempunyai hak dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting dalam suatu bidang investasi dan pembelanjaan perusahaan. Manajer keuangan juga bertanggung jawab dalam bidang keuangan pada suatu perusahaan.

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Metode Pembelajaran Baca Tulis Al Quran di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas



A. Latar Belakang Masalah 

Dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah tersebut pada manusia (anak). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum ayat 30, yang artinya: 

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.[1]



Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara mutawtir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah.[2]

Al Qur’an ialah Kitab Suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad S.a.w. sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta mengamalkan dan mengajarkannya. 

Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad S.a.w. sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat, budaya antara pembaca dan teks demikian jauh. Al Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh umat muslim bangsa Indonesia secara kultur. Akan tetapi, Al Qur’an bagaimanapun adalah Kitab Allah SWT. untuk semua manusia yang menandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. Untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut maka Al Qur’an perlu dipelajari. 

Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan Al Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain. Disamping itu juga harus memikirkan, merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka tentunya harus bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Bagi yang belum bisa membaca Al Qur’an, tentunya sulit untuk mempelajari Al Qur’an. Oleh karena itu, diperlukan cara membaca Al Qur’an yang tidak menyulitkan terutama bagi pemula atau anak yang masih kecil. 

Prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.[3] Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. 

Metode pembelajaran Al-Qur’an pada hakekatnya adalah mengajarkan Al-Qur’an pada anak yang merupakan suatu proses pengenalan Al-Qur’an tahap pertama dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi. Pengajaran membaca Al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran Al-Qur’an, anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling penting dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disususun dalam ilmu Tajwid.[4]

Salah satu kesulitan membaca Al-Qur’an bagi anak-anak adalah karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak faasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekedar menghafal saja. Hal tersebut di atas juga banyak dialami oleh anak didik yang masih duduk dibangku tingkat dasar. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca Al Qur’an. 

Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur’an masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan membaca al-Qur’an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar Baca Tulis al-Qur’an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru Baca Tulis al-Qur’an dalam kelas. 

Dalam mendidik agama pada siswa jenjang sekolah dasar diperlukan pendekatan pendekatan tertentu, diantaranya melalui pendekatan keagamaan. Pendekatan keagamaan ialah bagaimana cara pendidik memproses anak didik atau siswa melalui kegiatan bimbingan, latihan dan pengajaran keagamaan, termasuk didalamnya mengarahkan, mendorong, dan memberi semangat kepada mereka agar mau mempelajari ajaran agamanya melalui baca tulis Al- Qur’an (BTA), serta taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.[5]

Pendidikan merupakan interaksi antara orang dewasa dengan orang yang belum dapat menunjang perkembangan manusia yang berorientasikan pada nilai-nilai dan pelestarian serta perkembangan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha pengembangan kehidupan manusia.[6] Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Di era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi terutama dalam kemajuan media massa (cetak dan elektronik), sehubungan dengan kehidupan anak sehari-hari, pengaruh media massa dapat berdampak positif dan juga negatif. 

Anak didik adalah makhluk yang memiliki kreatifitas dan serba aktif yang menuntut agar dalam pendidikan anak benar-benar dibimbing dan diarahkan agar ia dengan sendirinya juga menampakkan kreatifitasnya. Di dalam proses belajar mengajar anak harus diperhatikan dan diposisikan sesuai dengan kemampuannya, serta pendidikan hendaknya lebih bersifat menolong berkembangnya pikiran kritis, tidak hanya berupa pemberian materi pelajaran yang tidak memenuhi kepada apa yang dibutuhkan anak.[7]

BTA adalah bagian materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang mengeluh bahwa lulusan SD Negeri banyak yang belum dapat membaca Al-Qur’an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan rendahnya prestasi BTA siswa, terutama pada materi membaca dan menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada kelas II Sekolah Dasar. Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena diharapkan pendidikan SD adalah dasar bagi pembentukan diri anak. Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai BTA sejak dini untuk dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Banyaknya anak yang belum mampu membaca Al-quran dengan baik dan benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan mengamalkan isinya. 

Di SDN 2 Kebasen kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an masih rendah, terutama belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Hal ini dapat diketahui bahwa hasil belajar pada tahun sebelumnya ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Kondisi tersebut bukan semata-mata karena daya serap siswa yang rendah, tetapi lebih banyak faktor yang mempengaruhinya. Bisa jadi karena metode pembelajaran yang kurang tepat, model pembelajaran kurang menarik, atau mungkin karena faktor kesiapan siswa dakam menerima materi pelajaran yang kurang maksimal. 

Namun dari beberapa faktor tersebut, berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan terdapat kecenderungan yang mengarah pada faktor metode pembelajaran yang harus diperbaiki. Dimana metode yang digunakan sebelumnya sebatas pada teori, peran aktif siswa kurang diperhatikan, sehingga hasil pembelajaran BTA belum maksimal. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an siswa SDN 2 Kebasen terutama dalam mempraktikkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid maka diperlukan suatu penelitian ilmiah 

Bertitik tolak dari hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen”. 



B. Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 

Faktor apa yang mempengaruhi rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen? 

C. Definisi Operasional 

1. Pengertian Metode 

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalanyang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalahcara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. 

2. Pengertian pembelajaran 

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 

3. Pengertian Baca Tulis Al quran 

Baca dalam arti kata majemuknya “membaca” yang penulis pahami berarti melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan yang tertulis. 

Kata “tulis” berarti batu atau papan batu tempat menulis (dahulu banyak dipakai oleh murid-murid sekolah), kemudian kata “tulis” ditambah akhiran “an” maka menjadi kata “tulisan” (akan lebih mengarah kepada usaha memberikan pengertian dari baca tulis Alquran) maka tulisan berarti hasil menulis. 

Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. 

Kata “Alquran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah. 

Dari uraian di atas dapat dirumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Alquran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Alquran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti. Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab. 

Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Alquran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Alquran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya. Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis. 

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali informasi tentang penyebab rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen. Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, yaitu sebagai berikut: 

1. Untuk mengetahui penyebab rendahnya penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen. 

2. Untuk mengetahui metode-metode yang sesuai dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 

Adapun hasil dari penelitian ini nantinya di harapkan dapat: 

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis 

2. Sebagai bahan informasi dari berbagai pihak, khususnya sekolah yang bersangkutan, masyarakat dan pemerintah. 

3. Bagi siswa, akan lebih membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam menggunakan metode mengajar, dan bagi kepala sekolah, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 

E. Telaah Pustaka 

Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevansinya dengan judul skripsi “Metode Pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen” ini. Beberapa karya itu antara lain: 

Skripsi yang di tulis oleh Aning Nur’aini NH Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang penerapan metode Tahfidz Al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Penelitian lapangan ini mendeskripsikan tentang penerapan metode tahfiz al-Qur’an, prestasi menghafal yang dicapai santri kanak-kanak dan faktor pendukung maupun faktor penghambat dalam penerapan metode tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil temuan dari penelitian ini adalah metode yang diterapkan dalam tahfiz al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Imogiri Bantul Yogyakarta adalah musyawarah, pemberian tugas, taktis, stor, dan murraja’ah. Prestasi yang dicapai tiap santri berbeda tetapi memenuhi target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Faktor pendukungnya terdiri dari usia santri, kecerdasan, tujuan dan minat santri, serta lingkungan yang mendukung. 

Skripsi yang di tulis oleh Dwi Mahmudah Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 tentang Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta.. Dalam skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode tahfiz Al-Quran yang digunakan di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari ada 5 metode yaitu metode memperdengarkan bacaan membaca sendiri, setoran pemberian tugas dan muraja’ah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa mampu menghafal al-Quran dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat beberapa santri telah mencapai target. Namun perlu adanya pengembangan dengan mencari metode lain mengingat metode yang digunakan terkesan kurang menyenangkan. Meskipun terdapat 6 metode pengembangan metode alangkah lebih baiknya jika didapatkan metode yang menciptakan pembelajaran tahfiz Al-Quran menjadi menyenangkan sesuai dengan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk lebih giat menghafalkan Al-Quran . 

Skripsi yang di tulis oleh Khalimatul Mari’ati jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang metode pembelajaran tahfiz al-Quran di SD IT Lukman Al Hakim Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran khususnya tahfiz al-Quran yang dilaksanakan di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta faktor penghambat dan pendukung serta hasil yang dicapai. Hasil temuan dari penelitian ini materi tahfiz al-Quran adalah juz 30, 29 dan 28. proses pembelajrannya dengan dua cara yaitu tahfiz dan takrir. Tahfiz dilakukan dengan dua teknik yaitu talaqqi bagi yang belum mampu membaca al-Qur’an khususnya kelas awal. Teknik mandiri bagi yang sudah mampu dilakukan dengan yang muraja’ah atau mengulang-ulang. Metode yang dilakukan. Metode yang dilakukan berbeda dan melalui hafalan pra belajar. Agar metode tahfiz al-Quran kondusif digunakan pendekatan : individual, kelompok bervariasi educatif dan pembiasaan. Faktor pendukung dari tahfiz al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta adalah banyaknya ustad-ustadzah, kemampuan dan semangat belajar siswa control dari orang tua dan kurangnya waktu. Adapun faktor penghambatnya, keterbatasan ustad-ustadzah, kemampun dan semangat belajar yang tidak sama, kurangnya control dari orang tua serta kurangnya waktu. Hasil dari tahfiz al-Quran dikategorikan menjadi dua yaitu evaluasi harian dan evaluasi catur wulan. Hasil dari evaluasi harian belum memenuhi target dan penguasaan siswa secara kualitatif adalah cukup. Sedangkan hasil evaluasi catur wulan yang dicapai oleh siswa secara kualitatif adalah bagus . 

Dari beberapa penelitian skripsi di atas, belum ada satupun yang menekankan penelitian dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen apalagi dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 
F. Kajian Teori 

1. Tinjauan Tentang Metode 

a) Pengertian Metode 

Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. 

Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. 

b) Pengertian Metode Mengajar 

Metode mengajar adalah cara guru mengajar. Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasar pendapat kedua di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalalm menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam memilih metode pembelajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 

Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam pembelajaran dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang diimplementasikan perlu memperhatikan faktor siswa semua dan kemampuan guru. 





2. Tinjauan tentang Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) 

Sebelum membahas tentang pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an terdiri dari empat kata yakni “kata pembelajaran”, “baca”, “tulis” dan “kata Al-Qur’an”. 

a) Pengertian pembelajaran 

Kata pembelajaran yang penulis analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing dan melatih anak untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pada intinya prosespembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik, dansumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran itu. Sedangkan proses adalah tahapan –tahapan dalam suatu peristiwa pembentukan.[8] Proses adalah tuntutan perubahan dalam perkembangansesuatu. Jadi, proses pembelajaran adlah tahapan –tahapan yang ditempuholeh pendidik dan peserta didik dalam rangka proses merubah tingkahlakuuntuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan . 

Belajar mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antaraguru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.[9] Belajar adalah suatuproses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumurhidup.[10] Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalahadanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah lakutersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 

b) Pengertian membaca 

Membaca berasal dari kata dasar ”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwadan pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurutperaturan-peraturan tertentu. Kata baca dalam bahasa indonesia mengandungarti: melihat, memeperhatikan, serta memahami isis dari yang tertulis denganmelisankan atau hanya dalam hati.[11]Dalam literatur pendidikan islam istilahbaca mngandung dua penekanan yaitu: tilawah dan qiraah Istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanyasesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik.Sedangkan qiraati mengandung makna menyampaikan, menelaah,membaca, meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau merenungkan, terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis.Makna baca tidak sekedar tilawah tapi juga qiraah.19 Dalam bukunya M. Hasbi Ash Shiddieqi mendefinisikan bahwa Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah”mashdar” yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu: maqru: yang dibaca.[12] Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata ”qur’an” dalam arti demikian. 

Sebelum siswa dapat membaca (mengucap huruf, bunyi, atau lambang bahasa) dalam Al-Qur’an, lebih dahulu siswa harus mengenal huruf yaitu huruf hijaiyah. Kemampuan mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan pmbelajaran membaca adalah kegiatan pembelajaran membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap melafalkan lambang-lambang. Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan agar siswa dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib. 

c) Pengertian menulis 

Menurut Rudy S. Iskandar menulis adalah kegiatan menuangkan symbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambing bunyi seperti “a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf “b” adalah lambing bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.[13] Jadi menulis adalah menuangkan symbol lambang dan bunyi. Menurut sabri kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.[14]

Dasar-dasar menulis secara umum sama dengan membaca perbedaanya hanya pada prosesnya saja, jika pada proses mambaca retina mata mengubah energi cahaya menjadi syaraf yang disampaikan keotak kemudian direkam dan dicetak kedalam syaraf alat ucap yang kemudian terjadilah peristiwa membaca. 

Sedangkan pada proses menulis setelah diproses oleh otak disampaikan kesyaraf motorik yang mengerakan reflek gerak tangan, dan terjadilah menulis. Menulispun merupakan peristiwa individual, dan apa bila perkembangan mata seseorang terganggu maka perkembangan dan kemampuan menulisnya akan terganggu pula. 

d) Pengertian Al Quran 

“Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw, penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir, serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.”[15]

Pendapat Ulama tentang asal kata Al Qur’an, Asy-syafi’I, miisalnya, menengarai kata Al-Quran ditulis dan dibaca tanpa menggunakan hamzah (Al-Quran bukan Al Qur’an) nama ini disematkan pada kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhamad, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil yang masing-masing secara berurutan diberikan kepada nabi isa dan nabi musa (Zuhdi, 1997) 

Al-farra’. Dalam kitab Ma’aniy Al Qur’an ia menjelaskan bahwa kata Al Qur’an ditulis dan dibaca adalah bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti “petunjuk”. Argumentasi al-farra didasarkan pada penomena ayat-ayat Al Qur’an yang saling berhubungan satu sama lain sehingga masing-masing bisa dijadikan petunjuk yang saling melengkapi. 

Pendapat Al-Asy’ari berpendapat bahwa kata Al Qur’an dari kata dasar Qarrana yang bermakna “menggabungkan”. Pendapat al-Asy’ari tersebut juga dikuatkan oleh data-data historis yang merujuk pada pada konstruksi tulisan Al Qur’an yang mulanya menggunakan Aksara jenis kufi. 

Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa pemakaian kata dasar Qara’a yang berdekatan dengan kata Al Qur’an dapat membuktikan bahwa Al Qur’an memang ditrunkan dari akar kata tersebut. Preposisi ini kian menguat menilik terma Al Qur’an disebut berdampingan dengan dua kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, yang melahirkan konstruksi paralelitas.[16]

Dari kata “baca” dan “tulis” digabungkan akan membentuk sebuah kata turunan yaitu “Baca Tulis” yang berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu menulis dan membaca. Kata “Al-Quran” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa Alquran adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas dan membacanya bernilai ibadah . 

Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan suatu pengertian bahwa baca tulis Al-Quran adalah suatu kemampuan yang dimiliki untuk membaca dan menuliskan kitab suci Al-Quran. Berangkat dari pengertian tersebut, maka terdapatlah gambaran dari pengertian baca tulis Alquran tersebut, yaitu diharapkan adanya kemampuan ganda yaitu membaca dan menulis bagi obyek yang diteliti.Sebab kemampuan tersebut berpengaruh kepada prestasi belajar bahasa Arab. 

Jadi yang dikehendaki dari pengertian baca tulis Al-Quran tersebut adalah kemampuan ganda yakni membaca dan menulis. Maksudnya, di samping dapat membaca juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat Al-Quran lalu bagaimana hubungan kedua kemampuan tersebut. Untuk sementara penulis dapat mengemukakan bahwa kedua perkataan tersebut sangat erat hubungannya, karena merupakan dasar untuk membaca dengan baik adalah menulis, Demikian pula sebaliknya bahwa dasar untuk menulis dengan baik adalah membaca secara teliti lebih dahulu. Hal ini dapat kita lihat buktinya bahwa seseorang dapat membaca dengan lebih baik dan benar suatu naskah jika dia telah mengenal tulisannya atau bila dia telah mampu menulisnya.Demikian juga seseorang kadang-kadang dapat menulis dengan benar jika dia telah mampu membaca dengan lafal yang benar. Hal ini merupakan gambaran betapa erat hubungan antara membaca dan menulis. 





fuadievaluasi.ran guru-guru PAI mampu menentukan tujuan intruksional khusus, menentukan materi, pendekatan, metode, alat, 

G. Metode Penelitian 

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong), metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.[17]

H. Jenis Penelitian 

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan di mana yang menjadi obyeknya dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh pihak SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa dalam pembelajaran BTA di SDN 2 Kebasen. 



2. Metode Penentuan Subyek 

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. 

Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh.[18]

3. Metode Pengumpulan Data 

a. Data 

Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan data penunjang sebagai berikut: 

1) Data pokok tentang upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan siswa di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 

2) Data pokok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai 

a) Latar belakang pengetahuan BTA siswa 

b) Metode yang sering di gunakan 

c) Media pembelajaran 

d) Waktu 

e) Komunikasi antara guru dan siswa 

f) Training keguruan yang diikuti. 

3) Data penunjang, yaitu data tentang gambaran umum lokasi penelitian, meliputi: 

a) Sejarah berdirinya SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas 

b) Keadaan guru 

c) Keadaan siswa SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas 



b. Sumber Data 

Untuk mendapat sumber data-data di atas, baik data pokok maupun data penunjang, maka penelitian ini mengambil sumber data, yaitu: 

1) Responden 

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh dewan guru yang mengajar dan siswa di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 

2) Informan 

Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan staf TU di SDN 2 Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas . 


c. Teknik Pengumpulan Data 

Untuk menggali data-data pokok dan data penunjang di atas, maka penelitian menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut di bawah ini : 

1) Angket 

Metode angket yang dimaksud disini adalah berupa daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. [19]

Menurut Kuntjaraningrat, metode kuesioner merupakan suatu daftar yang tertulis yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang, dengan demikian maka kuesioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh jawaban dari responden (orang- orang yang menjawab).[20]

Yang ditujukan kepada para guru dan siswa yang terlibat langsung dalam upaya mempermudah siswa dalam penguasaan BTA di SDN 2 Kebasen dengan menggunakan metode-metode yang sesuai. 

2) Wawancara 

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan penelitian.[21]

3) Observasi 

Metode observasi dalam pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti (diselidiki).[22]

4) Dokumentasi 

Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan.[23] Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana. 

5) Metode Analisis Data 

Analisis data adalaah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.[24] Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan pendekatan deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk selanjutnya diambil kesimpulan secara umum, kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal. 




[1] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: 1971, hlm.645 


[2] Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Mambaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta:Gema Insani, 2004, hlm. 16 


[3] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka: 2005, hlm. 740. 


[4] Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 92. 


[5] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa, 2003, hlm. 113 


[6] H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1906), hlm 1. 


[7] Imam Barnadib, Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan (Yogyakarta: Institut Press, IKIP Yogyakarta, 1988) hal. 29-30 


[8] M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer . Surabaya, Arkola, 1994. Hal 633 


[9] Nana Sujana , Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung: Sinar Baru, 1989. hlm, 11 


[10] Armai Arief. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam . Jakarta : Ciputat Pers,2002. hlm 1 


[11] Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989 




[12] M. Hasbi Ash Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an\Tafsir . Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1992.hlm 1 




[13] Rudy S, Iskandar, Pengenalan Tipografi (Tanpa Tempat: Buletin Pusat Perbukuan, 2002). Hal 27 


[14] Alisuf Sabri, Buletin Mimbar Agama dan Budaya (Jakarta: IAI, 1991), hal 14 


[15] Nur Faizah, Sejarah Al Qur’an (Jakarta: Artha Rivera, 2008), hal 95 


[16] Ibid., hal. 100 


[17] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 

2002), hlm. 3 


[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) hal. 90 


[19] Suharsimi, op.cit., hal. 124 


[20] Kunctaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia,1990) hal.173 


[21] Sutrisno Hadi, op. cit., hal. 136 


[22] Ibid, hal. 136 


[23] Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, Pustaka Utama, 1997) hal. 129 


[24] Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, hal. 69

TEORI KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM EKONOMI ISLAM

Teori konsumsi Dan Perilaku Konsumen Dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Konsumsi
            Manusia memiliki kebutuhan yang beragam jenisnya baik yang bersifat fisik maupun rohani. Dalam pengertian ilmu ekonomi, konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Bagaimana seorang konsumen memenuhi kebutuhannya dengan pendapatan yang di milikinya? Kita akan melihat bagaimana konsumen membelanjakan uang yang di milikinya untuk memperoleh barang/jasa dan bagaimana teori konsumsi dalam islam.
Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menumpuk dan meningkatkan pahala menuju falah (kebahagiaan dunia dan akhirat). Motif berkonsumsi dalam islam pada dasarnya adalah mashlahah, kebutuhan dan kewajiban. Pada konsep ini islam dan konvensional sepakat bahwa kebutuhan untuk mempertahankan hidup adalah motif umum ekonomi.
2. Pengertian Perilaku konsumen
            Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai teori perilaku konsumen ini perlu difahami asumsi berikut :
1.      Konsumen (individual) adalah rasional dalam memutuskan pilihan konsumsinya.
2.      Konsumen mempunyai banyak pilihan/alternative konsumsi
3.      Konsumen mempunyai pilihan (preferensi) sendiri atau free choice.
Perilaku konsumen dapat di bagi menjadi 3 tahapan­1:
1. Preferensi Konsumen. ini adalah suatu langkah awal yang menjelaskan alasan bagaimana seseorang memilih suatu barang tertentu daripada jenis barang yang lain.
2. Garis Anggaran. Di sini konsumen akan mempertimbangkan faktor harga dan akan memutuskan sesuai dengan pendapatan yang di milikinya. Penggabungan preferensi konsumen dengan garis anggaran akan menentukan apa yang akan di lakukan oleh konsumen tersebut.
3. Pilihan-pilihan konsumen. Setelah mengetahui preferensi konsumen dan pendapatan yang di miliki, konsumen memilih kombinasi barang-barang yang dapat memaksimalkan kebutuhan mereka.
            Teori perilaku konsumen dalam system kapitalis sudah melampaui dua tahap. Teori pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok. Konsumen mencapai keseimbanganya ketika dia memaksimalkan pemanfaatanya sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni: ketika rasio-rasio pemanfaatan-pemanfaatan marginal dari berbagai komoditas sama dengan rasio-rasio harga-harga uangnya masing-masing. Tahap kedua yang lebih modern mengatur kemungkinan diukurnya dan koordinalitas pemanfaatan itu. Namun berbagai kondisi yang sekarang menjadi kesamaan antara tarif marginal substitusinya, yakni  garis miring dari kurva tetap dan rasio-rasio harga uang, yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.
            Para penulis muslim memandang perkembangan rasionalisasi dan teori konsumen yang ada selama ini dengan penuh kecurigaan dan menuduhnya sebagai aspek prilaku manusia yang terbatas dan berdimensi tunggal. Mereka menyatakan bahwa ia didasarkan atas “perhitungan-perhitungan cermat yang diarahkan untuk melihat kedepan dan pengawasan terhadap keberhasilan ekonomi,”  sebagaimana dikemukaan oleh max weber. Tetapimereka tidak setuju dengan max weber bahwa alternative menunjuk kepada “rasionalisme ekonomi” adalah “keberadaaan petani yang sangat menderita” atau “tradisionalisme kalangan pedagang yang memiliki hak-hak istimewa”.[1]
Imam al-Ghozali mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah hirarki utilitas individu dan social yang triparti meliputi: kebutuhan (dhoruriat) kesenangan atau kenyamanan (hajaat). Dan kemewahan (tahsiniyat). [2]

1.      Prinsip Dasar Konsumsi
            Menurut islam, anugrah-anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam al-Qur’an Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidak sediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini
Allah berfirman :
“Bila dikatakan kepada mereka, belanjakanlah sebagian rizki Allah yang diberikanNya kepada mu, orang-orang kafir itu berkata “apakah kami harus memberi makan orang-orang yang jika Allah menghendaki akan diberiNya  makan?” sebenarnya kamu benar-benar tersesat.”(Qs.yasiin:47)[3]
Konsumsi berlebih-lebihan yang merupakan cirri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, disebut dalam islam dengan istilah israf (pemborosan) atau tabzir (menghabur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk menuju tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hokum atau dengan cara yang tanpa aturan. [4]
1.      Consumer Behaviour
            Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang
Rasonalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikian kepuasan dan prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai berikut :
1.      Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.      Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
3.      Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai yang dianut seperti agama, adat istiadat.
1.      Fungsi utility
            Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.[5]
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva indiferen (indifference curve). Biasanya yang digambarkan adalah utility function antara dua barang (atau jasa) yang keduanya memang disukai konsumen.
Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional.
1.      Completeness
            Aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila A dan B adalah dua keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan secara tepat satu diantara tiga kemungkinan ini :
·         A lebih disukai daripada B
·         B lebih disukai daripada A
·         A dan B sama menariknya
2.   Transitivity
            Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai daripada B”, dan “B lebih disukai daripada C”, maka ia pasti akan mengatakan bahwa “A lebih disukai daripada C”. aksioma ini sebelumnya untuk memastikan adanya konsistensi internal didalam diri individu dalam mengambil keputusan.
3.   Continuity
            Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “A lebih disukai dari B” maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih disukai daripada B.
Kombinasi
Jumlah barang x
Jumlah barang y
A
2 Unit
3 Unit
B
3 Unit
2 Unit
C
5 Unit
1 Unit
D
3 Unit
5 Unit
E
4 Unit
4 Unit
Kombinasi titik yang berada pada kurva indifference yang sama memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan bila berada pada kurva indifference yang berbeda maka memiliki tingkat kepuasan yang berbeda pula. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa titik A B dan C memberikan tingkat kepuasan yang sama, sedangkan titik D dan E memberikan kepuasan yang lebih tinggi daripada titik A B atau C.
Konsekuensi dari adanya aksioma konsistensi dalam pilihan konsumen, maka antara kurva indifference yang berbeda tidak boleh berpotongan. Jika kurva tersebut berpotongan berarti terjadi pelanggaran terhadap aksioma utility, yaitu tidak adanya konsistensi telah terjadi. Sebagai contoh. Perhatikan gambar dibawah ini :
Kombinasi titik S Q dan R memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U  . kombinasi pada titik P Q dan T memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu pada kurva indifference U  dari kedua pernyataan diatas terlihat bahwa titik Q berada pada kurva indifference U  dan U  , yang berarti tidak adanya konsistensi tingkat kepuasan pada titik Q,  yang berarti pula telah melanggar aksioma kedua dari utility.[6]
·         Perilaku konsumen Muslim
Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagianya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.

1.      Model Keseimbangan konsumsi islam
            Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi islam didasarkan pada prinsip keadilan distribusi. Dalam ekonomi islam. Kepuasan konsumsi seorang Muslim bergantung pada nilai-nilai agama yang diterapkan pada rutinitas kegiatanya, tercermin pada alokasi uang yang dibelanjakanya.
2.    Batasan Konsumsi dalam syari’ah
            Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.
Batasan konsumsin dalam islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan bermegah-megahan.
Begitu pula batasan konsumsi dalam syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.
Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual.
3.    konsumsi social
            konsumsi dalam islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi social yang terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam al-Qur’an dan hadits disebutkan bahwa pengeluaran zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi-sendi social masyarakat.
1.      zakat
2.      sedekah
PENUTUP
            Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasanya.
Prinsip Dasar Konsumsi  anugrah-anugrah Allah itu semua milik manusia dan suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugrah-anugrah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugrah-anugrah itu untuk mereka sendiri, sedangkan orang lain tidak memiliki bagianya sehingga banyak diantara anugrah-anugrah yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun mereka tidak memperolehnya.
Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka.
Fungsi utility :
a.       Completeness
b.      Transitivity
c.       Continuity
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami,(Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
Kahf, Monzer, Ekonomi Islam. (yogyakarta, pustaka pelajar,1995)