BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
A.  Latar Belakang Masalah 
Seiring  dengan 
kemajuan  pesat  dalam 
dunia  ilmu  pengetahuan 
dan teknologi,  bidang  telekomunikasi  juga 
mengalami  kemajuan  yang 
cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap
mampu membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak hidup
Semakin  lama  pola  pikir  konsumen 
berubah  seiring  perkembangan telepon, kini mulai beralih
menggunakan telepon seluler, sehingga perusahaan penyedia  jasa 
layanan  telekomunikasi  dapat 
mengambil  peluang  baru 
dari keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi. 
Pilihan-pilihan  teknologi 
telekomunikasi  yang  dapat 
dimanfaatkan oleh masyarakat masing-masing memiliki  kelebihan 
dan  kekurangan.  Salah satunya 
telepon  seluler  yang 
berbasis  teknologi  CDMA 
(Code  Division Multiple
Access)  yang  beroperasi menggunakan  lisensi 
telepon  saluran  tetap (fixed wireless) memiliki  tarif 
jauh  lebih  rendah 
(sama  dengan  tarif 
telepon tetap/ fixed line) dibanding dengan tarif telepon seluler yang
berbasis GSM.  Teknologi CDMA  juga menyediakan kapasitas  suara dan komunikasi data, memungkinkan lebih
banyak pelanggan untuk terhubungkan pada waktu bersamaan  serta 
memungkinkan  untuk  tugas-tugas 
multimedia.  Teknologi CDMA  mengkonsumsi 
tenaga  listrik  yang 
kecil  sehingga  memungkinkan untuk memperpanjang daya  tahan baterai dan waktu bicara dapat  lebih 
lama. Selain  itu,  rancangan 
teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan. Melihat  kondisi 
konsumen  seperti  itu, 
perusahaan-perusahaan  yang
bergerak di bidang telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan kartu
Sim  Card 
(isi  dari  telepon 
seluler)  dengan  jenis 
CDMA  demi  memuaskan konsumen.  PT. 
Telekomunikasi  Tbk,  atau 
yang  biasa  dikenal 
dengan  sebutan TELKOM merupakan
perusahaan  informasi dan komunikasi  (InfoCom) serta penyedia  jasa 
dan  jaringan  telekomunikasi  secara 
lengkap  (full  service 
and network provider) yang 
terbesar di Indonesia. Produk dan 
layanan TELKOM menjadi dua yaitu produk dan layanan untuk korporat dan
produk dan layanan untuk personal. Produk 
dari  TELKOM  yang 
berkaitan  dengan  CDMA 
adalah TELKOMFlexi  (sering
disebut Flexi). Flexi mulai diperkenalkan pada bulan Desember  2002 
dan  secara  komersial 
mulai  diluncurkan  Mei 
2003.  Flexi beroperasi  pada 
dua  frekuensi  yaitu 
1,9  GHz  untuk 
wilayah  Jakarta  dan sekitarnya  serta 
800 MHz  di  daerah-daerah. Tantangan  Flexi 
semakin  besar ketika  perusahaan 
pesaing  mulai  memunculkan 
teknologi-teknologi  terbaru (misalnya
3G) dengan harga di bawah standart.  Salah  satu 
strategi  yang  digunakan 
oleh  perusahaan TELKOM  untuk menawarkan produk FLEXY agar menarik
minat konsumen  terhadap produk
tersebut  adalah melalui  iklan. 
Seiring  pertumbuhan  ekonomi, 
iklan menjadi sangat  penting  karena 
konsumen  potensial  akan 
memperhatikan  iklan  dari produk yang  ia akan beli. Fungsi  iklan selain sebagai promosi  juga berfungsi (Kotler  : 
2000);  menginformasikan  suatu 
produk  atau  jasa 
ataupun  profit perusahaan dan
sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk atau jasa.
Iklan  mempengaruhi  minat 
beli  konsumen  dalam 
tindakannya  dan keyakinannya  akan merek 
produk  yang  ditawarkan 
perusahaan.  Peran  iklan dalam 
mempengaruhi  penjualan  seperti 
yang  terlihat  dari 
berbagai  teknik periklanan  televisi 
dengan  tingkat  eksposur 
iklan  memberikan  image tersendiri  bagi 
konsumen  (Lutz  : 
1995).  Perusahaan  berharap 
konsumen potensial  akan  berperilaku 
seperti  yang  diharapkan 
melalui  iklan komersialnya.
Iklan  yang  di 
tayangkan media  televisi
membentuk  pernyataan  sikap konsumen  yang 
mempengaruhi  minat  beli 
konsumen.  Pembentukan  sikap terhadap  iklan 
dipengaruhi  oleh  persepsi 
konsumen  terhadap  iklan. 
Sikap terhadap  iklan    ini 
diawali  cara  konsumen 
berfikir mengenai  sebuah  Iklan. Sikap 
terhadap  iklan  (afektif) 
merupakan  cara  konsumen 
merasakan  hal tersebut.  Assael 
(2001:  368)  mendefinisikan  sikap 
terhadap  iklan  adalah kecenderungan  konsumen 
untuk  menjawab  dengan 
baik  atau  tidak 
baik terhadap iklan tertentu. Dalam 
penelitian  ini  selain 
dipengaruhi  secara  langsung 
oleh  sikap terhadap  iklan, 
minat  beli    konsumen 
dipengaruhi  langsung  oleh 
sikap terhadap merek. Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan
Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch 
(1986) dipengaruhi secara 
langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap
terhadap merek diawali oleh  proses  kognitif 
yang  bekerja  terhadap 
rangsangan.  kemudian  akan mempengaruhi  minat 
beli  konsumen  terhadap 
produk  yang  ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap
terhadap merek yaitu merupakan pernyataan mental Yang menilai positif atau
negatif, bagus  tidak bagus,  suka 
tidak  suka suatu produk.  
Dari  latar 
belakang  yang  dikemukakan maka  penelitian 
ini mencoba untuk  meneliti  hal  tersebut  yaitu 
dengan  mengambil  topik 
yang  berkaitan dengan  ”ANALISIS 
FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI MINAT  BELI 
KONSUMEN  PADA  IKLAN 
FLEXY”.  (Studi  pada Masyarakat  banjarmasin selatan).
B. 
Perumusan Masalah 
Dari  latar 
belakang masalah,  perumusan  dalam 
penelitian  ini  adalah 
sebagai berikut: 
1. 
Apakah persepsi  produk/pesan
berpengaruh pada sikap terhadap merek? 
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model
berpengaruh pada sikap terhadap merek? 
3. Apakah
persepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap iklan? 
4. 
Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap iklan? 
5. 
Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap merek? 
6. 
Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli? 
7. 
Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli? 
C. 
Tujuan Penelitian 
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 
1.  Untuk 
menganalisis  pengaruh  persepsi 
produk/pesan  terhadap  sikap terhadap merek.  
2.  Untuk 
menganalisis  pengaruh  persepsi 
terhadap  sumber/model  terhadap sikap terhadap merek.  
3.  Untuk 
menganalisis  pengaruh  persepsi 
terhadap  sumber/model  terhadap sikap terhadap iklan.  
4.  Untuk 
menganalisis  pengaruh  persepsi 
terhadap  iklan  terhadap 
sikap terhadap iklan.  
5.  Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap
iklan terhadap sikap terhadap merek.  
6. 
Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli.  
7. 
Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap minat beli.
D. 
Manfaat Penelitian 
1.  Bagi Praktisi 
Dari  hasil 
penelitian  ini  diharapkan 
dapat  digunakan  sebagai 
bahan pertimbangan  konsumen  dalam 
mengevaluasi  citra  produk 
FLEXY melalui  persepsi  produk, 
persepsi  terhadap  sumber, 
persepsi  terhadap iklan, sikap
terhadap merek dan sikap terhadap iklan. 
2.  Bagi Akademisi 
Dari  hasil 
penelitian  ini  diharapkan 
dapat  digunakan  sebagai 
bahan referensi  atau  kajian 
bagi  penelitian-penelitian  berikutnya 
mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini. 
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1       
A.  Pengertian
Perilaku Konsumen
               Semakin majunya perekonomian dan  teknologi, berkembang pula strategi  yang 
harus  dijalankan  perusahaan, 
khususnya  dibidang pemasaran.  Untuk 
itu  perusahaan  perlu 
memahami  atau  mempelajari perilaku konsumen dalam
hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh  konsumen 
tersebut. Dalam  menentukan 
jenis  produk  atau 
jasa, konsumen  selalu
mempertimbangkan  tentang  produk 
atau  jasa  apa 
yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.
               Perilaku
konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu  yang 
secara  langsung  terlibat 
dalam  mendapatkan  dan mempergunakan barang-barang dan  jasa-jasa 
tersebut didalamnya proses pengambilan 
keputusan  pada  persiapan 
dan  penentuan  kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan
Handoko, 2000 : 10).  Hubungannya  dengan 
keputusan  pembelian  suatu 
produk  atau jasa,  pemahaman 
mengenai  perilaku  konsumen 
meliputi  jawaban  atas pertanyaan  seperti 
apa  (what)  yang 
dibeli,  dimana  membeli 
(where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa
(under what  condition)  barang-barang 
dan  jasa-jasa  dibeli. 
Perilaku Konsumen  
             Perilaku  konsumen menerangkan bahwa  keputusan 
konsumen  dalam  pembelian 
selain dipengaruhi  oleh  karakteristik 
konsumen,  dapat  dipengaruhi 
oleh rangsangan  perusahaan  yang 
mencakup  produk,  harga, 
tempat  dan promosi.
Variabel-variabel diatas  saling
mempengaruhi proses keputusan pembelian 
sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada  pilihan 
produk,  pilihan merek,  pilihan 
penyalur, waktu  pembelian, jumlah
pembelian. 
Persepsi Konsumen 
            Menurut  Kotler 
(1997)  persepsi  adalah 
proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan  seseorang agar mempunyai arti  tertentu. Stimuli  adalah 
rangsangan  fisik,  visual 
dan  komunikasi  verbal 
dan  non verbal yang dapat
mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael  (1995) 
dalam  Sodik  (2003) menyebutkan  bahwa 
persepsi terhadap  suatu  produk 
melalui  proses  itu 
sendiri  terkait  dengan komponennya  (kemasan, 
bagian  produk,  bentuk) 
serta  komunikasi  yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku
konsumen yang mencerminkan produk 
melalui  latar  kata-kata, 
gambar  dan  simbolisasi 
atau  melalui stimuli  lain yang diasosiasikan dengan produk  (harga, 
tempat, penjualan, dampak  dari  negara 
pejualan).
Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran 
            Strategi  pemasaran 
terdiri  atas  unsur-unsur 
pemasaran  yang terpadu  yang 
selalu  berkembang  sejalan 
dengan  gerak  perusahaan 
dan perubahan-perubahan 
lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Hal ini
disebabkan karena strategi pemasaran menyangkut dua kegiatan pemasaran yang
pokok yaitu  : pemilihan pasar-pasar yang
akan dijadikan  sasaran  pemasaran 
dan  merumuskan  dan 
menyusun  suatu kombinasi yang
dapat  tepat dari bauran pemasaran,  agar kebutuhan para konsumen dapat dipenuhi
secara memuaskan. 
Keputusan Pembelian 
            Dalam memahami  perilaku 
konsumen,  terdapat  banyak 
pengaruh yang mendasari 
seseorang  dalam mengambil
keputusan  pembelian  suatu produk 
atau  merek. Rangsangan  tersebut 
kemudian diproses  (diolah)  dalam 
diri,  sesuai  dengan 
karakteristik  pribadinya,
sebelum  akhirnya  diambil 
keputusan  pembelian.
B. 
Periklanan 
               1.  Definisi Periklanan 
            Periklanan pada
dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu
bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika
salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan
tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute
praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins 
(1996:  5)  adalah: 
Periklanan  merupakan  pesan-pesan 
penjualan yang  paling  persuasive 
yang  diarahkan  kepada (calon)  konsumen 
yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan
dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan periklanan
sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan
promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan
pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus  selalu mulai 
dengan  mengidentifikasi  pasar 
sasaran  dan  motif 
pembeli. Kemudian  membuat  lima 
keputusan  utama  dalam 
pembuatan  program periklanan yang
disebut lima M ( kotler 1997: 236) Sebagai berikut: 
            a)  Mission (misi) 
            b)  Money (uang) 
            c)  Message (pesan) 
            d)  Media (media)
            e)  Measuremen (pengukuran) 
            2.  Tujuan Periklanan  
            Tujuan
periklanan menurut kotler sebagai berikut:
 
a)  Periklanan menjalankan sebuah fungsi
”informasi”.  Biasanya dilakukan  secara besar-besaran pada  tahap awal 
suatu  jenis produk, tujuannya
untuk membentuk permintaan pertama. 
            b)  Periklanan menjalankan sebuah fungsi
”Persuasif” 
 Penting 
dilakukan  dalam  tahap 
kompetitif.  Tujuannya  untuk membentuk permintaan selektif untuk
suatu merk tertentu. 
            c)  Periklanan menjalankan sebuah fungsi
”Pengingat” 
 Iklan 
pengingat  sangat  penting 
bagi  produk  yang 
sudah  mapan. Bentuk iklan yang
berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement  advertising) 
yang  bertujuan  meyakinkan 
pembeli sekarang bahwamereka telah melakukan pilihan yang benar. 
            3. 
Anggaran Periklanan 
            Setelah  memutuskan 
tujuan  periklanan.  Langkah 
selanjutnya  adalah memutuskan
anggaran periklanan untuk setiap produk.
            4. 
Pesan Periklanan  
            Iklan  diadakan 
untuk  memberi  informasi 
dan  membujuk.  Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang
dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek 
ini sering disebut ”kreatif”, pesan atau 
isi  iklan disebut ”pekerjaan
kreatif  ”.  Iklan meliputi  latihan menulis  dan mendesain 
dalam  kata-kata dan  gambar, 
serta memerlukan  kemampuan  verbal maupun 
kemampuan menggambar  yang  memadai. 
Perbedaan  antara  satu 
iklan  dengan  iklan yang 
lain seringkali  terletak pada
pesan  itu sendiri  itulah arti komunikasi.
            5.  Pemilihan Media Iklan    
                        Pemilihan
media  iklan  sangat 
penting  agar  pesan 
yang  disampaikan dalam iklan
dapat efektif  mencapai dan diterima
konsumen sasaran. 
C.  Persepsi  
            1.
Pengertian Persepsi 
                        Menurut  Kotler 
(1997)  persepsi  adalah 
proses  memilih,  menata, menafsir stimuli yang dilakukan  seseorang agar mempunyai arti  tertentu. Stimuli  adalah 
rangsangan fisik,  visual  dan 
komunikasi  verbal  dan 
non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003).
Persepsi  tidak hanya  tergantung pada  sifat-sifat 
rangsangan  fisik,  tapi 
juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman
dapat  diperoleh  dari 
semua  perbuatannya  di 
masa  lampau  atau 
dapat  pula dipelajari, sebab  dengan 
belajar  seseorang  akan 
dapat  memperoleh pengalaman.
Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang  berbeda 
sehingga menciptakan  proses  pengamatan dalam  perilaku 
pembelian yang  berbeda  pula. Makin  sedikit  pengalaman dalam perilaku pembelian, makin
terbatas pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi  ini 
juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi
dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi 
yang  diperoleh  dan diproses 
konsumen  akan  membentuk preferensi  (pilihan) 
seseorang  terhadap  suatu obyek. 
Preferensi  akan membentuk  sikap konsumen  terhadap 
suatu obyek, yang pada gilirannya akan 
sikap  ini  seringkali 
secara  langsung  akan  mempengaruhi  apakah konsumen akan membeli suatu produk
atau tidak.
            2. 
Persepsi Produk/pesan 
                        Persepsi  produk/pesan 
tertuju  pada  produk 
yang  dibuat  dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada
dua  tipe respon yaitu argumen yang
mendukung  (support  argument) 
dan  argumen  yang 
menentang  (counter argument)
(Belch dan Belch, 1995). Counter 
argument merupakan  persepsi  konsumen 
yang  berkebalikan dengan  pesan 
dalam  iklan.  Konsumen 
akan  mengekspresikan
ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga  indikasi 
bahwa pemrosesan  informasi  iklan 
berjalan  efektif  bila 
seorang  konsumen memberikan
argumen yang mendukung ( support argument ). Assael  (1995) 
dalam  Sodik  (2003) 
menyebutkan  bahwa  persepsi terhadap  suatu 
produk  melalui  proses 
itu  sendiri  terkait 
dengan komponennya  (kemasan,  bagian 
produk,  bentuk)  serta 
komunikasi  yang ditunjukkan untuk
mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk  melalui 
latar  kata-kata,  gambar 
dan  simbolisasi  atau 
melalui stimuli  lain yang diasosiasikan
dengan produk  (harga,  tempat, penjualan, dampak dari negara
pejualan).  Persepsi  mengenai 
pesan/produk  yang  telah 
terbentuk  setelah konsumen
sasaran menyaksikan penayangan  iklan
akan membentuk sikap mereka  terhadap
merek yangakan mempengaruhi minat beli secara 
tidak langsung. 
            3.  Persepsi Sumber/Model Iklan 
                        Persepsi  sumber/model 
iklan  tertuju  pada 
sumber  atau  model 
yang mengkomunikasikan 
iklan.  Respon  paling 
kritis  dari  konsumen 
adalah penghinaan 
sumber/model  atau  persepsi 
negatif  terhadap model. Hal  ini akan 
mendorong  penurunan  penerimaan 
pesan.  Umumnya  ini 
terjadi ketika  konsumen  berpendapat 
bahwa  model  berkata 
tidak  jujur  atau membohongi  sehingga 
konsumen  kurang  menerima 
apa  yang  model katakan.
            4.  Persepsi Terhadap Iklan 
                        Persepsi
terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak
konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan  secara 
langsung,  tetapi  reaksi 
afektif  menimbulkan  perasaan terhadap iklan. Persepsi ini
meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar,  warna 
dan  intonasi  suara 
(  Belch  dan 
Belch,  1995  ). 
Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal
ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara
langsung. 
D. 
Sikap 
            1. 
Pengertian Sikap 
                        Sikap  disebut 
juga  sebagai  konsep 
yang  paling  khusus 
dan  sangat dibutuhkan  dalam  psikologis 
sosial  kontemporer.  Sikap 
juga merupakan salah  satu  konsep 
yang  paling  penting 
yang  digunakan  pemasar 
untuk memahami konsumen. Definisi 
sikap  menurut  Allport 
dalam  setiadi  (2003) 
adalah  suatu mental  dan 
syaraf  sehubungan  dengan 
kesiapan  untuk  menanggapi, diorganisasi  melalui 
pengalaman  dan  memiliki 
pengaruh  yang mengarahkan  dan 
atau  dinamis  terhadap 
perilaku.
            2. 
Sikap terhadap Iklan 
                        Sikap  terhadap 
iklan  adalah  cara 
konsumen mengenai  sebuah  iklan 
: sikap  terhadap  iklan 
(afektif)  merupakan  cara 
konsumen  merasakan  hal tersebut. Assael  (2001: 368) mendefinisikan  sikap 
terhadap  iklan  sebagai berikut”Attitude toward the ad is the
consumer`s predisposition to respond favorably 
or  anfavorably  to 
a  particular  ad”.  yaitu  sikap 
terhadap  iklan adalah  kecenderungan 
konsumen menjawab  dengan  baik 
atau  tidak  baik iklan tertentu. Respon 
kognitif  yang  positif   
(support  arguments  dan 
source bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen  terhadap iklan:  respon 
kognitif  yang  negative 
(counterarguments  dan  source derogation) umumnya menghasilkan sikap
negatif.  Karena aspek afektif yang
dominan maka sikap  terhadap  iklan diukur dalam  afektif   
penerima  pesan  yang menilai 
baik-tidak  baik,  suka-tidak suka,  menarik-tidak 
menarik,  kreatif-tidak  kreatif, 
informati-tidak informatif. Mowen 
dan  Minor  (2002: 
378)  mengemukakan  bahwa 
konsumen mengembangkan  sikap  terhadap 
iklan  seperti  terhadap merek,  dan 
sikap terhadap  iklan  ini 
mempengaruhi  sikap  mereka 
terhadap  merek.  Sikap terhadap  iklan 
mengacu  pada  kesukaan 
atau  ketidaksukaan  konsumen secara  umum 
atas  rangsangan  iklan 
tertentu.
            3.  Sikap terhadap Merek 
                        Sikap  terhadap  merek 
menurut  Assael  (2001: 
282)  adalah kecenderungan yang
dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek dengan  cara mendukung  (positif) 
atau  tidak mendukung  (negatif) 
secara konsisten.  Evaluasi  konsumen 
terhadap merek  tertentu  ini  di
mulai  dari sangat jelek sampai sangat
bagus. Sikap  terhadap merek didasarkan
pada  skema  tentang merek 
tersebut yang  telah  tertanam 
dibenak  konsumen.  seperti 
telah  disebutkan  diatas bahwa komponen  sikap 
ada  3  yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga
komponen  sikap  ini 
juga  terdapat dalam  sikap konsumen  terhadap produk, yaitu Assael (2001: 283): 
            a.  Brand believe adalah komponen kognitif
(pemikiran). 
b. Brand  evaluation 
adalah  komponen  afektif 
yang  mewakili  semua evaluasi 
terhadap merek oleh konsumen. Kepercayaan  terhadap 
suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut
merek yang dipersepsikan oleh konsumen.
            c.  Kecenderungan 
untuk  bertindak  adalah 
komponen  konatif  (tindakan) dan  pada  umumnya  komponen 
ini  dengan  melihat 
”maksud  untuk membeli”  dari 
seorang  konsumen  adalah 
penting  dalam mengembangkan
strategi pemasaran.
2.2       
Penelitian Terdahulu
               Berdasarkan 
penelitian  yang  pernah 
dilakukan  Mochammad Yuliostiano
& Retno Tanding  Suryandari  (2003), menyatakan  bahwa 
semua variabel  predictor  yaitu 
persepsi  terhadap  produk, 
persepsi  terhadap  model persepsi  terhadap 
iklan,  serta  sikap 
terhadap merek dan  sikap  terhadap 
iklan secara  bersama-sama  mempunyai 
pengaruh  signifikan  dalam 
pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah  penemuan 
bahwa  keterlibatan  pembuatan 
iklan (adexecution 
involvement)  tinggi  dan 
keterlibatan  pesan  iklan 
(ad message) rendah,  aspek  peripheral 
dari  iklan  bekerja 
lebih  dominan  (Mackenzie 
dan Lutz,  1989).  Dalam  kondisi 
ini,  sikap  terhadap 
iklan  menjadi  dominan mempengaruhi  sikap 
terhadap  iklan dan pengaruh
hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan
Stoltman, 1991).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1      Lokasi Penelitian
            Target populasi dari
penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Banjarmasin Selatan
yang  pernah  melihat 
iklan  televisi  dari 
produk  FLEXY. Karena baik merek produk maupun  iklan, produk yang diteliti dalam
penelitian  ini  sudah 
sering  dilihat  dan 
diketahui.  Dengan  asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa
jumlah populasi terbatas.
3.2    Jenis Dan Sumber data
Penelitian
         3.2.1    Jenis Data Yang Digunakan Adalah :
            data yang digunakan dalam
penelitian  ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah 
sendiri oleh suatu organisasi 
atau perorangan  langsung dari
objeknya. Dalam penelitian  ini,
data  primer  diperoleh 
dari  jawaban  responden 
yang  disebar  melalui responden.
3.2.2       
SumberData Yang Didapat Adalah :
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari
data dapat diperoleh. 
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitan
yang langsung dikumpulkan dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh
perorangan (tidak melalui media perantara). Data ini diperoleh dari wawancara
langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.
 Sampel 
               Sampel  adalah 
sebagian  dari  populasi 
yang  karakteristiknya dianggap  mewakili 
populasi  (Djarwanto  Ps, 
1996:  108).  Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman
ukuran sampel yang diambil, yaitu : 
a.  100-200 sampel untuk teknik Maximum
Likelihood Estimation. 
b.  Tergantung 
pada  jumlah  parameter 
yang  diestimasi.  Pedomannya 
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. 
c.  Tergantung  
pada  jumlah  indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. 
d.  Bila sampelnya sangat   besar, maka peneliti dapat memilih  teknik estimasi.  
Dalam  penelitian  ini 
sampel  yang  diambil 
sebanyak  100  sampel dengan  pertimbangan 
bahwa  jumlah  tersebut 
sudah melebihi  jumlah sampel minimal dalam penelitian
(n=30). 
3.3    Teknik Pengumpulan Data
Teknik  pengambilan 
sampel  menggunakan  metode 
Purposive Sampling  yaitu  teknik pengambilan  sampel 
yang  dapat  dilakukan dengan  kriteria-kriteria  tertentu 
berdasarkan  tujuan  penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu semua
masyarakat yang pernah melihat  iklan
FLEXY di media televisi dan pernah menggunakannya. 
3.4    Definisi Oprasioanal                
a.   Persepsi Produk/Pesan 
Persepsi  produk/pesan 
tertuju pada  produk  yang 
dibuat dalam komunikasi. 
Perhatian  berfokus  pada 
dua  tipe  respon 
yaitu argumen yang mendukung 
(support argument)dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch
dan Belch, 1995). Counter  argument  merupakan 
persepsi  konsumen  yang berkebalikan  dengan 
pesan  dalam  iklan. 
Konsumen  akan
mengekspresikan  ketidakyakinan  dan 
ketidaksetujuan  terhadap
klaim  dalam  iklan 
mengenai  produk.  Konsumen 
lain  ada  yang mendukung argumen atau berpersepsi bahwa
konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen  yang 
menolak  berhubungan  secara 
negatif  dengan penerimaan  pesan, 
semakin  menolak  pesan 
yang  disampaikan maka  penerimaan 
pesan  juga  akan 
semakin  minimal.  Sehingga indikasi  bahwa 
pemrosesan  informasi  iklan 
berjalan  efektif  bila seorang 
konsumen  memberikan  argumen 
yang  mendukung (support
argument). 
b.  Persepsi Terhadap Sumber/Model 
Persepsi  sumber/model 
iklan  tertuju  pada 
sumber  atau model  yangmengkomunikasikan  iklan. Respon 
paling  kritis  dari konsumen 
adalah penghinaan 
sumber/model  atau  persepsi 
negatif terhadap model.  Hal  ini 
akan  mendorong  penurunan 
penerimaan pesan. Umumnya 
ini  terjadi  ketika 
konsumen  berpendapat bahwa model  berkata 
tidak  jujur  atau 
membohongi  sehingga  konsumen kurang menerima apa yang model
katakan. Persepsi  terhadap  sumber/model 
tidak selalu  negatif.
Konsumen  yang  bereaksi 
baik  terhadap  sumber/ 
model  iklan menghasilkan  persepsi 
yang  baik  atau 
mendukung  model  iklan. Pembuat iklan dapat menyewa seorang
pembicara atau model yang disukai 
oleh  konsumen  sasaran 
untuk membawa  efek  atas 
pesan yang disampaikan.
c.  Persepsi Terhadap Iklan 
Persepsi  ini 
meliputi  reaksi  terhadap 
faktor  iklan  seperti kreatifitas  efek 
gambar,  warna  dan 
intonasi  suara  ( 
Belch  dan Belch, 1995 ). Persepsi
terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting
karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan 
juga merek secara  langsung.
Selain dengan ukuran suka tidak  suka,  reaksi 
afektif  konsumen  terhadap 
iklan,  khususnya iklan  komersial 
di  televisi  dapat 
diukur  dengan  pernyataan terhadap gaya, ide, produksi,
audio pembuatan suatu iklan(Mehta, 1994). 
Reaksi  ini  akan 
ditransformasikan  pada  sikap 
terhadap merek dan minat beli konsumen. 
d.  Sikap Terhadap Merek 
Sikap  terhadap 
merek  menurut  Assael 
(2001)  adalah kecenderungan yang
dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek  dengan 
cara  mendukung  (positif) 
atau  tidak  mendukung (negatif) secara konsisten.  Variable 
ini  diukur  dengan 
menggunakan  dimensi  sikap terhadap merek  yaitu 
tentang  pernyataan mental  penerima 
pesan yang menilai  positif  atau 
negative,  bagus-tidak  bagus, 
suka-tidak suka, berkualitas-tidak berkualitas suatu produk (Assael,
2001 ).  
e. 
Sikap Terhadap Iklan 
Sikap  terhadap 
iklan  adalah  cara 
konsumen mengenai  sebuah
iklan:  sikap  terhadap iklan  (afektif) 
merupakan  cara  konsumen merasakan  hal 
tersebut..  Assael  (2001) 
mendefinisikan  sikap
terhadap  iklan  sebagai 
berikut  ”Attitude  toward 
the  ad  is  the
consumer`s predisposition  to
respond  favorably or anfavorably  to a 
particular  ad”.  artinya 
sikap  terhadap  iklan 
adalah kecenderungan  konsumen
menjawab  dengan  baik 
atau  tidak  baik terhadap iklan tertentu. 
f.  Minat Beli 
Minat  beli  merupakan 
kecenderungan  konsumen  untuk membeli suatu merek atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan 
pembelian  yang  diukur 
dengan  tingkat  kemungkinan konsumen melakukan pembelian
(Assael, 2001). Mehta  (1994:  66) 
mendefinisikan  minat  beli 
sebagai kecenderungan 
konsumen  untuk  membeli 
suatu  merek  atau mengambil  tindakan 
yang  berhubungan  dengan 
pembelian  yang diukur 
dengan  tingkat  kemungkinan 
konsumen  melakukan pembelian.  
3.5             
Uji validitas Dan Uji Reabilitas
            a. 
Uji Validitas 
Pengujian  validitas 
item-item  pertanyaan  dalam 
kuesioner bertujuan  mengetahui  apakah 
item-item  tersebut  benar-benar mengukur  konsep-konsep yang dimaksudkan  dalam 
penelitian  ini dengan  tepat. 
Butir-butir  pengukuran  yang 
digunakan  dalam penelitian  ini 
dari  kuesioner  yang 
digunakan  dalam  penelitian 
ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel
yang digunakan dalam penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa  butir-butir 
pengukuran  yang  dijadikan 
indikator  konstruk terbukti  memiliki 
validitas  isi  (content 
validity)  yaitu  butir-butir pengukuran  tersebut 
merupakan  alat  ukur 
yang  mencukupi  dan representative  yang 
telah  sesuai  dengan 
konsep  teoritis.
Dikarenakan  syarat  untuk 
dapat  menganalisis  model 
dengan SEM,  indikator  masing-masing 
konstruk  harus  memiliki 
loading factor yang signifikan 
terhadap konstruk yang diukur maka dalam penelitian  ini 
pengujian  validitas  instrument 
yang  digunakan adalah
Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR  WINDOWS 
versi  12,  dimana 
setiap  item  pertanyaan 
harus mempunyai factor  loading
yang  lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998:
111).
Dalam CFA  kita  juga 
harus melihat  pada  output 
dari  rotated component matrix
yang harus secara ekstrak secarasempurna. Jika masing-masing  item  pertanyaan
 belum 
ekstrak  secara sempurna,
maka  proses  pengujian 
validitas  dengan  Factor 
analisys  harus diulang  dengan 
cara  menghilangkan  item 
pertanyaan  yang memiliki nilai
ganda. 
 
b.  Uji Reliabilitas 
Uji  reliabilitas  untuk 
mengetahui  apakah  instrumen 
memiliki indeks  kepercayaan
yang  baik  jika 
diujikan  berulang.  Uji reliabilitas  dalam 
penelitian  ini  menggunakan 
rumus  Cronbach Alpha denga
bantuan SPSS FOR WNDOWS  versi 12. Ukuran
yang dipakai  untuk  menunjukkan 
pernyataan  tersebut  reliable, 
apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas
menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria
sebagai berikut : 
Jika alpha atau r hitung: 
1. 
0,8-1,0      = Reliabilitas baik 
2. 
0,6-0,799    = Reliabilitas
diterima 
3. 
kurang dari 0,6   = Reliabilitas
kurang baik 
3.6             
Teknik
Analisis Data
Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural  Eqation 
Modelling  (SEM).  SEM 
merupakan  teknik
multivariate  yang  mengkombinasikan  aspek 
regresi  berganda  dan analisis 
fktor  untuk  mengstimasi 
serangkaian  hubungan
ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis
dilakukan  dengan  menggunakan 
program  AMOS  versi 
4  untuk menganalisis  hubungan 
kausalitas  dalam  model 
struktural  yang diusulkan. 
 3.7      Uji Analisis
Dalam  analisis  ini 
SEM,  tidak  ada 
uji  statistik  tunggal 
untuk menguji hipotesis mengenai model 
(Hair et al., 1998),  tetapi
berbagai fit  index  yang 
digunakan  untuk mengukur  derajat 
kesesuaian  antara model  yang 
disajikan  dan  data 
yang  disajikan.  Fit 
index  yang digunakan meliputi : 
a.  Chi
  Square 
Tujuan  analisis 
ini  adalah  mengembangkan 
dan  menguji apakah sebuah model yang
sesuai dengan data. Chi Square sangat bersifat 
sensitif  terhadap  sampel 
yang  terlalu  kecil maupun 
yang terlalu  besar.  Oleh 
karenanya  pengujian  ini 
perlu  dilengkapi dengan  alat 
uji  lainnya.  nilaiChi-squares  merupakan 
ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29). 
b.  Goodness Of Fit Indeks (GFI) 
Indeks  yang  mnggambarkan 
tingkat  kesesuaian  model secara keseluruhan yang dihitung
dari  residual kuadrat dari model
yang  diprediksi  dibandingkan 
data  yang sebenarnya. Nilai
GFI  ≥ 0,90 mengisyaratkan model  yang 
diuji memiliki  kesesuaian  yang baik. 
            c.  Root Mean Square Error of Approximation
(RMSEA) 
RMSEA  merupakan  ukuran 
yang  mencoba  memperbaiki kecenderungan statistic chi
ssquare menolak model dengan jumlah sampel 
yang  besar.  Nilai  RMSEA  antara 
0,05  dan  0,08 mengindikasikan  indeks 
yang  baik  untuk 
menerima  kesesuaian sebuah model
(Gozali dan Fuad, 2005: 24). 
d.  Adjusted Goodness Fit Of Index (AGFI)  Indeks ini merupakan pengembangan dari
Goodness Fit Of Index  (GFI)  yang 
telah  disesuaikan  dengan 
ratio  dari  degree 
of freedom  (Ghozali  dan 
Fuad,  2005:  31). 
Analog  dengan  R2 
pada regresi  berganda.  Nilai 
yang  direkomendasikan  adalah 
AFGI  ≥ 0,90,  semakin 
besar  nilai  AFGI 
maka  semakin  baik 
kesesuaian yang dimiliki model. 
e.  Tucker Lewis Index (TLI) 
TLI  merupakan 
indeks  kesesuaian  incremental 
yang membandingkan  model  yang 
diuji  dengan  baseline 
model.  TLI digunakan  untuk 
mengatasi  permasalahan  yang 
timbul  akibat kompleksitas  model 
(Ghozali  dan  Fuad, 
2005:  34).  Nilai penerimaan  yang  direkomendasikan  adalah 
nilai TLI  ≥  0,90. TLI merupakan indeks yang kurang
dipengaruhi oleh ukuran sampel.  
f.  Normed Fit Index (NFI) Indeks  ini 
juga  merupakan  ukuran 
perbandingan  antara proposed  model 
dan  null  model 
(Ghozali  dan  Fuad, 
2005:  25). Nilai yang
direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90. 
g.  Comparative Fit Index (CFI) 
CFI  juga 
merupakan  indeks  kesesuaian 
incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan
nilai yang mendekati  1 mengindikasikan
model memiliki  tingkat  kesesuaian yang  baik. 
Indeks  ini  sangat 
dianjurkan  untuk  dipakai 
karena indeks  ini  relatif 
tidak  sensitif  terhadap 
besarnya  sampel  dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model.
Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90 (Ghozali dan Fuad,
2005: 34) 
h.  Normed Chi Square (CMIN/DF) 
CMIN/DF  adalah 
ukuran  yang  diperoleh 
dari  nilai chisquare dibagi
dengan degree of freedom. Indeks  ini
merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan goodness of fit
model dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk  mencapai 
tingkat  kesesuaian.  Nilai 
yang  direkomendasikan untuk
menerima adalah CMIN/DF < 2,0 atau 3,0
DAFTAR
PUSTAKA
Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen
pemasaran, dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
Cooper, Donal R and
Schindler, Pamela S, 2003, business research methods, the. MC Grow-Hill
Lumpanies, Singapore.
Kotler Philip, 2000,
manajemen pemasaran edisi millennium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II,
PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee Hoo ang, Sew Meng Kong,
Chin Tien Tan, 2000, Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb, Hair Mc, Daniel, 2001 Manajemen pemasaran,
erlangga, Jakarta